Selasa, 30 November 2010

` Bandar Lampung Selayang pandang`

Al kisah pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC membuang sauh di Tanjung Tiram (ujung selatan Pulau Sumatera). Konon VOC mengaku mendapat mandat dari Sultan Banten. Ekspedisi Vander Scuur ini mengawali usaha penjajah Belanda menancapkan kakinya di Lampung.

Usaha tersebut tidak mudah karena perjuangan rakyat Lampung dibawah Radin Intan, Radin Imba Kusuma, dan Radin Intan II melakukan perlawanan yang gigih. Hal ini terbukti baru sekitar 230 tahun kemudian Belanda betul-betul menguasai Lampung dan Sumatera Bagian Selatan yaitu pada tahun 1913. Berbagai cara dilakukan Belanda antara lain dengan politik pecah belah, adu domba, pemberian hadiah-hadiah, tentara sewaan, dan lain-lain.

Setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945 Lampung menjadi salah satu Keresidenan di bawah Propinsi Sumatera Selatan. Baru pada tanggal 18 Maret 1964 Lampung resmi menjadi Propinsi, dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1964.

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Pada permulaan terbentuknya Propinsi Lampung terdiri dari 4 Tingkat II yaitu Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Utara, dan Bandar Lampung; dan setelahnya ada terjadi 3 (tiga) kali pemekaran yaitu:
- Tahun 1991, mekar menjadi 5 wilayah Tingkat II
- Tahun 1997, mekar menjadi 7 wilayah Tingkat II
- Tahun 1999, mekar menjadi 10 wilayah Tingkat II
Kesepuluh wilayah Tingkat II tersebut adalah:
1. Kab. Lampung Selatan, 10 kecamatan, 345 desa
2. Kab. Lampung Tengah, 12 kecamatan, 277 desa
3. Kab. Lampung Utara, 8 kecamatan, 203 desa
4. Kab. Lampung Barat, 6 kecamatan, 168 desa
5. Kab. Tanggamus, 11 kecamatan, 313 desa
6. Kab. Tulangbawang, 8 kecamatan, 223 desa
7. Kodya. Bandar Lampung, 9 kecamatan, 84 desa
8. Kab. Way Kanan, 6 Kecamatan, 192 desa
9. Kab. Lampung Timur, 10 Kecamatan, 232 desa
10. Kodya. Metro, 2 Kecamatan, 12 desa
Tiga tingkat II terakhir baru dibentuk tanggal 20 April 1999 dengan dasar hukum UU No.2 Tahun 1999.

Sejak berdirinya Propinsi Lampung tahun 1964 sampai saat ini telah di jabat oleh 6 (enam) Gubernur berturut-turut sebagai berikut:
1. Koesno Danu Upoyo, tahun 1964-1966
2. Hi. Zainal Abidin Pagar Alam, tahun 1966-1972
3. R. Sutiyoso, tahun 1972-1978
4. Yasir Hadibroto, tahun 1978-1988
5. Poedjono Pranyoto, tahun 1988-1998
6. Oemarsono, tahun 1998-Sekarang

Ibukota Propinsi Lampung ialah Bandar Lampung, dengan pelabuhan utama ialah Panjang, dan pelabuhan penyeberangan ke Pulau Jawa yang cukup ramai ialah Bakauheni.

Sabtu, 27 November 2010

`Adat-adat di Masyarakat Lampung""

Secara umum, masyarakat adat Lampung terbagi dua, yaitu masyarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung Sebatin
A. Masyarakat adat Lampung Pepadun
Masyarakat beradat Pepadun terdiri dari:
1. Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa)
Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.
2. Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan)
Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga.
3. Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi)
Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung.
4. Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur)
Masyarakat Sungkay-WayKanan mendiami sembilan wilayah adat: Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Belambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.
B. Masyarakat adat Lampung Sebatin
Masyarakat beradat Sebatin mendiami sebelas wilayah adat: Kalianda, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semangka, Belalau, Liwa, dan Ranau. Sebatin yang juga dinamai Peminggir karena mereka berada di pinggir pantai barat dan selatan, terdiri dari:
1. Peminggir Paksi Pak (Buay Belunguh, Buay Pernong, Buay Nyerupa, Buay Lapah di Way)
2. Komering-Kayuagung, yang sekarang termasuk Provinsi Sumatera Selatan

*Sejarah adat Lampung*

Orang lampung yang dimaksud adalah orang yang berbahasa Lampung dan beradat Lampung. Provinsi Lampung adalah daerah transmigrasi yang dibuka sejak tahun 1905, sehingga yang terbanyak adalah orang Jawa, di samping suku bangsa lainnya. Bisa dikatakan sudah tidak ada lagi daerah tertutup yang tidak didiami penduduk pendatang, kecuali di beberapa tempat yang belum padat penduduknya, seperti di daerah eks Kewedanaan Krui di sebelah barat, berbatasan dengan Propinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan.


Ciri-ciri khas masyarakat adat Lampung sudah sedikit sekali yang masih tampak. Perkampungan penduduk dengan bangunan rumah kerabat yang bertiang tinggi dan berangsur-angsur turun ke bawah merata dengan tanah, balai-balai adat (sesat) kebanyakan sudah tidak dibangun lagi dan digantikan dengan balai desa. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Hanya saja masih digunakan sebagai bahasa kerabat di dalam rumah tangga orang Lampung dan dalam upacara adat.


Orang lampung pada umumnya beragama Islam. Masyarakat adat Lampung dapat dibedakan dalam dua golongan adat, yaitu yang beradat Pepadun dan beradat Pesisir. Dialek bahasanya ada yang berdialek "nyou" (apa) atau dialek bahasa Abung dan ada pula yang berdialek "api" (apa) atau berdialek Pemanggilan.


Mereka yang beradat Pepadun kebanyakan bermukim di daerah pedalaman, sedangkan yang beradat Pesisir bermukim di daerah pesisir atau di daerah yang tidak termasuk daerah lingkungan pepadun. Termasuk dalam lingkungan beradat pepadun adalah orang-orang Abung, Tulangbawang (Menggala), Waikanan Sungkai, Pubiyan. Sedangkan dalam lingkungan beradat Pesisir adalah orang-orang Pesisir Teluk, Pesisir Semangka, Pesisir Krui, dan dataran tinggi Belalau di daerah Provinsi Lampung, serta orang-orang Ranau, Muaradua, Komering, dan Kayuagung di Provinsi Sumatera Selatan dan juga di perdesaan Cikoneng (Anyer), pantai barat, Jawa Barat.


Masyarakat Lampung merupakan masyarakat kekerabatan bertali darah menurut garis ayah (Geneologis-Patrilinial), yang terbagi-bagi dalam masyarakat keturunan menurut Poyang asalnya masing-masing yang disebut "buay", misalnya Buay Nunyai, Buay Unyi, Buay Nuban, Buay Subing, Buwai Bolan, Buayi Menyarakat, Buay Tambapupus, Buay Tungak, Buay Nyerupa, Buay Belunguh, dan sebagainya. Setiap kebuayan itu terdiri dari berbagai "jurai" dari kebuwaian, yang terbagi-bagi pula dalam beberapa kerabat yang terikat pada satu kesatuan rumah asal (nuwou tubou, lamban tuha).


Kemudian dari rumah asal itu terbagi lagi dalam beberapa rumah kerabat (nuwou balak, lamban gedung). Ada kalanya buay-buay itu bergabung dalam satu kesatuan yang disebut "paksi". Setiap kerabat menurut tingkatannya masing-masing mempunyai pemimpin yang disebut "penyimbang" yang terdiri dari anak tertua laki-laki yang mewarisi kekuasaan ayah secara turun temurun.


Hubungan kekerabatan adat lampung terdiri dari lima unsur yang merupakan lima kelompok. Pertama, kelompok wari atau adik wari, yang terdiri dari semua saudara laki-laki yang bertalian darah menurut garis ayah, termasuk saudara angkat yang bertali darah. Kedua, kelompok lebuklama yang terdiri dari saudara laki-laki dari nenek (ibu dari ayah) dan keturunannya dan saudara laki-laki dari ibu dan keturunannya. Ketiga, kelompok baimenulung yang terdiri dari saudara-saudara wanita dari ayah dan keturunannya. Keempat, kelompok kenubi yang terdiri dari saudara-saudara karena ibu bersaudara dan keturunannya. Kelima, kelompok lakau-maru, yaitu para ipar pria dan wanita serta kerabatnya dan para saudara karena istri bersaudara dan kerabatnya.


Bentuk perkawinan yang berlaku adalah partrilokal dengan pembayaran jujur (ngakuk mulei), dimana setelah kawin mempelai wanita mengikuti dan menetap dipihak kerabat suami, atau juga dalam bentuk marilokal (semanda) dimana setelah kawin suami ikut pada kerabat istri dan menetap di tempat istri.


Untuk mewujudkan jenjang perkawinan dapat ditempuh dalam dua cara, yaitu cara berlarian (sebambangan) yang dilakukan bujang-gadis sendiri dan cara pelamaran orang tua (cakak sai tuha) yang dilakukan oleh kerabat pihak pria kepada kerabat pihak wanita di rumah orang tua wanita.


Perkawinan yang ideal dikalangan orang lampung adalah pria kawin dengan wanita anak saudara wanita ayah (bibik, keminan) yang disebut "ngakuk menulung" atau dengan anak saudara wanita ibu (ngakuk kenubi)/ perkawinan yang tidak disukai adalah pria dan wnaita anak saudara laki-laki ibu (ngakuk kelana) atau dengan anak wanita saudara laki-lakinya (ngakuk bai/wari) atau juga dengan anak dari saudara pria nenek dari ayah (ngakuk lebu). Lebih-lebih tidak disukai kawin dengan suku lain (ulun lowah) atau orang asing. Apalagi berlainan agama (sumang agamou). Tetapi di masa sekarang hal demikian itu sudah tidak dihiraukan angkatan muda, sehingga sudah banyak pria/wanita Lampung yang melakukan kawin campur antar suku asal saja sama-sama beragama Islam/bersedia masuk Islam dan bersedia diangkat menjadi anak angkat dan masuk warga adat Lampung.


Jika dari suatu ikatan perkawinan tidak mendapatkan keturunan sama sekali, maka untuk menjadi penerus keturunan ayah, dapat diangkat anak tertua dari adik laki-laki atau anak kedua dari kakak laki-laki untuk menegakkan (tegak tegi) keturunan yang putus (maupus). Jika tidak ada anak-anak saudara yang bersedia diangkat dapat mengangkat orang lain yang bukan anggota kerabat, asal saja disahkan dihadapan kerabat dan prowitan adat. Tetapi jika hanya mempunyai anak wanita, maka anak itu dikawinkan dengan saudara misalnya yang laki-laki/ anak wanita itu dijadikan kedudukan laki-laki dan melakukan perkawinan semanda ambil suami (ngakuk ragah). Dengan begitu maka anak laki-laki dari perkawinan mereka kelak akan menggatikan kedudukan kakeknya sebagai waris mayorat sehingga keturunan keluarga tersebut tidak putus (mak mupus).

Selasa, 23 November 2010

Gunung imut nan Dahsyat sebelah rumah ku... ^_^*

 Tau gaga sih, ku tinggal di mana??? 
    Aku siswa MAN3 kediri Jatim yang dulu pernah 11 tahun tinggal di salah satu pulau yang besar di Indonesia yaitu pulau Sumatra bagian ujung bawah (kalau dilihat di peta tp..). Nah didekat provinsi Lampung tu ada gunung yang terdiri dari ibu dan anak. Gunungnya tu imut tapi..... dahsyatnya minta ampun deh. mau tahu sejarahnya si gunung (yang menurutku imut kalau dilihat dari kejauhan hehehe...) terus baca aja artikel ku ne dari atas sampai bawah, ok?? and maaf ya teman ne gag buad ndiri tapi ngarang dgan melihat aartikel" di internet,,,,,^_^

Foto Anak Gunung Krakatau Meletus

 Sejarah Letusan Gunung Krakatau
    Letusan terdahsyat dari Gunung Krakatau (Krakatoa) terjadi pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Seperti yang saya baca diberbagai sumber, salah satunya d Wikipedia.org, letusan pada 1883 itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
     Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York. Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut.
      Pasca meletus dan hancurnya Gunung Krakatau pada 1883, baru sejak pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari Kawasan Kaldera Purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya.
  Hem imut tapi ngeri ah.... kabarnya ne pulau jawa ma sumatra pecah juga gara-gara si imut ini tapi wallahu'alam bi shoap. Saya nggak membayangkan seandainya si imut meletus kembali. Mari kita do,a sama-sama moga-moga gag meletus lagi....
amien......

Gunung Anak Krakatau (Krakatoa) yang berada berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatera, kini sedang meletus. Tercatat hingga 6 November 2010 ini, telah terjadi peningkatan gempa vulkanik mencapai 101 kali. Letusan Gunung Anak Krakatau ini terjadi seiring dengan meletusnya Gunung Merapi. Layaknya sebuah reaksi sesama ‘kolega’ – sebagaimana 21 gunung berapi lainnya di Indonesia yang kini berstatus waspada (Lihat : 22 Volcano in Indonesian). Gunung Krakatau seakan memberikan respon terhadap Merapi yang kini sedang ‘melahirkan.’(hahehe...kayak manusia aja ya??)
Bedanya dengan Letusan yang terjadi di Gunung Merapi, letusan yang kini terjadi pada Gunung Anak Krakatau menurut keterangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi hanya letusan biasa. Sebuah aktivitas wajar karena memang gunung berapi sudah semestinya melakukan letusan agar tidak terjadi penumpukan didalam. Akibat positifnya, letusan yang dicicil menjadi tidak berbahaya. Disisi lain, akibat dari letusan demi letusan ini, Gunung Anak Krakatau akan menjadi lebih besar dari segi ukuran.
Gunung Anak Krakatau ini merupakan gunung yang tumbuh dari sisa letusan maha dahsyat Gunung Krakatau pada Agustus 1883. Setiap tahun si anak menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi Anak Krakatau mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung ini disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
Karena letusan yang sekarang merupakan letusan normal dan tidak berpotensi tsunami dan apalagi jauh dari pemukiman penduduk (berbeda dengan Gunung Merapi yang dekat dengan pemukiman), maka baik dari pemerintah Banten dan Lampung mengajak agar masyartakat tidak panik, malah ada ajakan pada masyarakat untuk menontonnnya dari jarak aman, menyaksikan fenomena alam dari letusan Anak Krakatau ini. Pengelola wisata disana berharap letusana kali ini bisa mejadi komoditas wisata yang mampu mengundang wistawan baik lokal maupun internasional. ternyata meskipun membahayakan tapi juga bisa mendatangkan keuntungan loh.....
Pray for Indonesia!

Sabtu, 06 November 2010

Makna Dibalik Warna “What Color Are You !!”

      Warna dibagi menjadi dua, yaitu warna additive dan subtractive. Warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spectrum. Sedangkan Warna subtractive adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Warna pokok additive adalah merah (Red), hijau (Green), biru (Blue), dalam komputer disebut model warna RGB. Warna pokok subtractive adalah Sian (Cyan), Magenta, dan Kuning (Yellow), dalam komputer disebut model warna CMY.
Percayakah Anda, warna mengandung sejuta makna ? Boleh percaya boleh juga tidak, konon katanya warna-warna favorit memang mencerminkan bagaimana pribadi dan watak seseorang, mulai dari soal perilaku dan kepribadian, hobi, sampai dengan kesehatan. Yuk kita intip warna kesukaan Anda dilihat dari dampak warna terhadap kesehatan…
   *Merah : Menghilangkan masalah sakit kepala. Warna merah dapat membantu mengurangi sakit kepala, karena warna ini mampu meningkatkan peredaran dan melonjakan adrenalin. Jika anda mengalaminya letakkan kain lembab berwarna merah diatas mata anda.
  *Biru : Untung mengurangkan tekanan. Anda merasa tertekan ? coba fokuskan mata anda kepada sesuatu yang berwarna biru, karena dapat merangsang suasana tenang dan dapat mengurangi tekanan darah. 
  *Pink : Bila anda sukar tidur, coba hiasi kamar tidur anda dengan warna merah jambu, karena warna ini mampu menampilkan suasana santai dan romantik.
  *Hijau : Dapat melenyapkan keletihan dan dapat menciptakan suasana harmoni dalam badan.

Gimana guys????  *believe it or not*?????

Arti Warna Merah

MERAH itu.......
     Dapat membangkitkan energi, hangat, komunikatif, optimis, antusias, dan bersemangat. Memberi kesan sensual dan mewah, meningkatkan aliran darah dalam tubuh, dan berkaitan dengan ambisi. Terlalu banyak warna merah bisa merangsang kemarahan dan agresivitas. Gradasi yang lebih muda yaitu warna merah jambu (pink) merupakan warna yang hangat dan emosionalnamun juga lebut dab menenangkan. Melambangkan kasih sayang dan perasaan cinta namun juga bisa bearti kekanak-kanakan.

 
Temukan arti warna yang lain!!!!!  ^_^!!!!